Kamu yang tak dapat kugapai
Chapter 1
Pertemuan
Seperti pertemuan klasik khas roman
picisan
Entah aku harus bersyukur atau
menyesal nantinya
Namun satu hal yang pasti
Aku bahagia dipertemukan denganmu
Masih terbesit dengan jelas
diingatanku bagaimana pertemuan awalku denganmu. Pertemuan yang tidak kusangka
akan merubah pikiranku terhadap kaum laki-laki. Tepat pada tahun 2016 aku
bertemu denganmu, dimana kita berdua masih menjadi mahasiswa baru. Semua seperti
sudah menjadi skenario yang diciptakan oleh Tuhan khusus untuk kita berdua,
kita berdua dipertemukan dalam hampir semua kelas yang sama. Aku yang memang
cuek dan tidak perduli pada lingkungan sekitar tidak menyadari adanya
keberadaanmu dikelas. Hingga pada akhirnya saat itu merubah segalanya ketika
mata kuliah perdana Bahasa Indonesia. Entah aku harus bersyukur atau malah
membenci dosen yang membuatku menyadari keberadaanmu.
Hari itu seperti biasanya satu persatu mahasiswa memperkenalkan diri dan
asalnya. Hingga pada akhirnya tiba pada giliranmu untuk memperkenalkan diri.
“Nama Saya Renald dari Tangerang”.
Aku yang tak peduli pada sekitar seperti biasa menganggap semua perkenalan
itu sebagai angin lalu, lalu tiba lah pada bagianku.
“Perkenalkan saya Xavierana dari Tangerang”.
Aku mengira hal ini akan berlalu klasik seperti biasanya. Namun nyatanya
tidak, semesta seperti memaksaku untuk menyadari keberadaanmu. Dosen menyadari
bahwa aku dan kamu berasal dari daerah yang sama. Sepertinya hari ini semesta
memang sedang mengusikku.
Dosen pun bertanya, “Mana tadi ada
satu yang dari Tangerang juga?”
Kamu mengangkat tangan dan menjawab “Iya
Saya Pak”.
Beliau bertanya kembali “Sudah saling
kenal belum?”
Aku menjawab tidak, karena memang aku tidak pernah
memerhatikan sekelilingku. Namun, jawaban berbeda kamu ucapankan, ya kamu
menjawab kita sudah saling kenal.
Aku memandangmu dengan tatapan
malas, karena aku tahu pasti jika sudah begini akhirnya kita akan dipaksa untuk
berkenalan, dan benar saja dosen yang mendengar jawaban berbeda dari aku dan
kamu menjadi kebingungan dan menyuruh kita untuk berkenalan secara resmi dengan
berjabat tangan. ‘seperti anak SD saja’ batinku.
Hal merepotkan ini harus
terjadi kepada diriku karenamu, batinku
mengutukmu. Kamu mengulurkan tanganmu duluan kepadaku, dan aku pun hanya
menatap tanganmu selama beberapa waktu. Sungguh malas rasanya aku berkenalan
dengan laki-laki lagi, karena
sepanjang pengalamanku dengan mereka, selalu saja mereka melibatkan perasaan
lebih kedalam pertemanan. Selain itu aku memiliki pengalaman buruk terhadap
laki-laki, lebih tepatnya mantan
pertamaku yang sempat membuatku menjadi wanita yang senang memainkan hati
laki-laki. Ya, aku membalaskan
dendamku pada laki-laki yang tak bersalah.
Kembali pada jabat tangan, setelah beberapa waktu menatapmu dengan malas akhirnya aku menjabat tanganmu. Pak Fadil dosen kami menatap bingung, karena dua jawaban kami yang berbeda pun berkata "wah kok jawabannya beda nih, hayo sudah saling kenal kan sekarang". Aku hanya menjawab dengan tawa ringan dan kelas pun dimulai.
Kesialan kembali terjadi saat kelas telah usai, aku mendapat tugas kelompok yang mengharuskan ku bersama mu. Aku sungguh mengutuk hari ini. Aku mempertanyakan semesta yang sepertinya sedang bermain-main denganku hari ini. Lebih baik aku pulang dulu baru memikirkan ini nanti, batinku pusing.
-bersambung-
Komentar
Posting Komentar